Senin, 28 Februari 2011

JALAN PULANG


D Kemalawati

aku telah mendaki berhari-hari
rimbun hutan makin menghilang
panas menerjang
puncak tak kelihatan

kucoba mengukur dalam ingatan
jarak yang akan kujelang
skala terbenam jurang
aku semakin gamang
tak menemukan jalan pulang

Banda Aceh, 6 Februari 2011

PESAN UNTUK KEKASIH


D Kemalawati

aku tak menulis surat cinta untukmu
bila sore ini kau baca pesanku
kau tahu betapa cinta telah menjadi
seutas tali mengikat rapat jiwaku padamu

kupilih dirimu sebagai kekasih
karena cintamu berlebih pada ibuku
karena kau menjagaku dalam rahimnya
karena hanya kau yang mampu
membuatku mengerti isyarat ibu
dalam ketuban-ketuban rindu

kau lah kekasih memiliki aku
dari ketuban bau akulah sang perindu
maka kutulis pesan ini untukmu
lamarlah aku kekasih
kuingin menjadi ibu dalam dekapmu

Banda Aceh, 6 Februari 2011

LANSKAP BERKAKI JEJAK BERLARI


D Kemalawati

tanah lembab
dedaunan sengit
akar basah pasrah
dahan rebah mengalah
pucuk lemah  punah
lanskap berkaki jejak berlari

kicau burung
salak srigala
lolong  anjing rimba
paruh gagak hitam
taring buaya
angsa putih
mengerat musim
mengerat angin
mendekam di kepala

secangkir kopi
sekepul asap di lingkar bibir
taman wifi
bunga fesbuk
kembang twiter
perdu yahoo
semak blogger
hidangan maya
hidangan maya
dikunyah di langit
mendarat di mata

rencong menikam
pedang menebas
panah menusuk
pistol  menerjang
 bom meledak 
sejentik jari
seringan kapas
menguap di udara
dada kita
dada manusia
tak berharga

di leher, jerat menjerat
di selangkangan bayi liar
membaca mantra
ruh di dalam tubuh
ruh di luar tubuh
jadilah ular
jadilah buaya
jadillah singa
mendekam di kepala
mendekam di dada
melata di setiap jengkal tubuh
tubuh seluas langit
tubuh seluas bumi
(lanskap berkaki jejak berlari)

Banda Aceh, 3 Februari 2011

TAK DILINTASI

D Kemalawati

Tak dilintasi
mengharap singgah
pagi menjadi siang
siang berubah malam
pintu separuh terbuka
berjaga-jaga

bulan redup
bintang sayu
daun layu
bunga ragu

tak dilintasi
gending menghentak diri
selendang di pinggang makin kencang
tangan menjemput ujungnya
menjepit ragu

jemari melentik awan
dawai tersentuh pelan
nyanyian sumbang
nyanyian sumbang

tak dilintasi
jalan di halaman merindu tapak
pintu mengharap derak
di kamar, kelambu belum diturunkan
lampu belum dipadamkan

ujung malam
ujung malam
tiup hitam
ke liang-liang

Banda Aceh, 28 01 2011

LIANG


Puisi  D Kemalawati

bagaimana menandai liang panjang dan pendek
kalau yang kau ukur hanya tubuhmu dan tubuhku saja
bagaimana menandai liang dalam dan dangkal
kalau yang  kau jengkal hanya tubuhku dan tubuhmu saja
bagaimana kau mengukur tubuhmu sendiri
bagaimana aku mengukur tubuhku sendiri
bagaimana kau menggali liang untukku
bagaimana aku menggali liang untukmu
liang  kau gali untukku bukan liangmu
liang  kugali untukmu bukan liangku
liang yang kau sembunyi
liang yang aku sembunyi
liang yang kau dan aku
tak pernah tahu

Banda Aceh,  18 01 2011

DI TAMAN SESAAT MALAM MAKIN KELAM


D Kemalawati

melupakanmu di bawah temaram lampu taman
aku kembali terjebak ke kamar itu
semakin luas
terang dengan cermin di setiap bidang
berdua kita membuka album jingga
menulis indah jumpa di bawah foto kita
seikat kembang warna muda 
menyala

kemarin, ketika gigil dahan tak meluruhkan buah ranum
kau menjauh
aku mengunjungi kebun dengan sekeranjang bunga
mengharap engkau menghantarku pulang
keranjang buah di tanganmu
sore nanti di beranda belakang rumah ladang
kita menghirup jus dari gelas indah
kupu-kupu mengitari taman
anak-anak dengan jala angin mengejarnya
di sana kau menatap binar matamu
dan aku menutup bibirmu yang terbuka

di temaram lampu taman
di ujung jalan hitam
engkaukah yang terburu
melangkah ringan

Banda Aceh, 16 01 2011