D Kemalawati
Aku menyapamu
kadang selugas awan berarak
di perak sinar surya
kadang seperti air bening
memercik permukaan telaga
kadang selembut kaki gerimis
menyentuh kelopak muda
menyegarkan sari yang termangu
di dalamnya
tapi kau selalu melihat petir kala sapaku hadir
dengan angkuh kau undang guruh
menyempurnakan gemuruh
kau pun tahu tentang lisan yang cedera
dan makna menjadi percuma
tapi aku bersikeras menanam rumpun kata
hingga tumbuh pucuk-pucuk doa
yang kubutuhkan adalah sekendi air putih
curahlah ke lambungku
yang tak henti mengunyah baramu
kau tahu, aku tetap menyapamu
tanpa memilih waktu
seperti daun aku mendamba gerimis
sebelum matahari menghanguskan hijauku
Banda Aceh, April 2011