Kamis, 23 Juni 2011

MENULIS KEADILAN DI DINDING ABU


D Kemalawati

Aku bukan jemu
Tapi kehadiranmu yang  memenuhi dinding kaca
Dan dibaca hanya seperti kesumba di bibir, sesaat saja

kau pun mencangkul sendirian
Lalu seperti halimun di ujung ladang
 kau tetap sendiri terpinggir dan terusir

Kesepian dalam waktu lama mengajarkanmu
Melupakan rumah teduh dengan cermin terang
berkaca kejujuran

aku tak mengatakanmu sia-sia
seperti diriku yang pernah membaca
tapi setelah arang
kita adalah abu melayang hilang

Banda Aceh, 17 Juni 2011

Kamis, 02 Juni 2011

Memburu Cahayamu

D Kemalawati


1.
mencari cahayamu
menguak awan-awan
luruh air
mengalir kesumba
warna keramba meriak jiwa

telapak kata
sayap-sayap nelangsa
renangi angkasa
deraikan cahaya
badaikan jiwa


2.
cahayamu kupinta
kutadah dalam lubuk jiwa
rintik hujanmu kuseru
kubersihkan raga berdebu
nyala apimu kuhimpun
menjadi unggun penghangat tubuh beku

izinkan aku memburu cahayamu
terangi pekat jiwaku
izinkan aku dalam kerambamu
yang benderang sepanjang waktu

3.
cahaya
giring selaput mata 
berkata-kata


Banda Aceh, 30 Mei 2011

Jejak Kemarau


D Kemalawati

Lubuk tak hijau
matahari tak singgah
bergegas mencari galah
menusuk lelah

bulan selalu mengalah
menentramkan kawah tengadah
ilalang memajang resah
hamparan kering sajadah

lubuk tetap tak hijau
galau riak kemarau

Banda Aceh, 2 April 2011

Kemala, Aku Bercermin di Cermin Ungumu


                                                          Kemala: Sastrawan Negara Malaysia

D Kemalawati                                                  


Kita tak berjalan beriringan
aku tertatih di belakang
memperhatikanmu melangkah tenang

di depan cermin yang memantulkan dirimu
aku pun ikut berkaca
wajah lusuhku bersahaja

cahaya senja menerpa riak-riak kaca
sejambak bunga karang meliuk gemulai
kau baui asin garam dalam setiap lengkungnya
lalu ruapnya menjelma dupa
kuhirup aroma wanginya

kau memang tak melangkah bersamaku
tapi  cermin ungumu tempat aku berkaca
memantulkan wajah buramku jauh disana
di  bayang senja yang segera sirna

Banda Aceh, 4 Mei 2011

Dinding Tempatku Biasa Singgah

D kemalawati

kau mungkin mencariku di dinding 
tempatku biasa singgah
setelah menyusuri langit-langit
mengembara menyibak laba-laba
memilah remah cahaya 
di celah gumpalan mega
diri di buram jendela

kau telah membacaku berulang
menandai dengan lipatan
sebagai ruas buku
aku berdenyut
dalam rabaan

pintu itu
di daunnya yang memantulkan bunyi 
jemarimu biasa mengetuk
harum taman setelah gerimis
dan keringatmu 
kutahu di belakang punggungmu 
seikat mawar atau setangkai edelweis
masih basah

mungkin kau tetap mencariku 
menandai dan melipat ruas semu 
dinding-dinding yang berlalu

Meulaboh-Banda Aceh, 12 Mei 2011