Puisi D Kemalawati
Malam tertawakan sepi
di sini, lelaki mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi
mangkuk ringan di kanan
di ujung jemarinya asap mengepul
harum kupi menjalar ke meja-meja
bintik keringat di sudut mata mongering seketika
saring kain sebentuk kerucut terpancung turun naik tak henti
bubuk hitam makin basah makin pekat menderas permukaan
memenuhi mangkuk berpindah dari cangkir ke bibir kering
sepanjang malam sepanjang tarikan asap rokok
awan putih diantara langit-langit
racikan bumbu nie Aceh lesap menguah
lidah panas merica menguap dalam canda
malam tertawakan sepi
di sini, sepanjang jalan, setiap sudut kita hitung daphukupi
ratusan motor berjejer rapi hingga tepi jalan pun tak ada tempat pejalan kaki
pemiliknya tak perlu kuatir
tagihan parkir tetap sekali
malam mengkristal embun di pucuk daun
belum cukup kaum mengupas kacang
hingga kulit tipis diperbincangkan
bukan debat menentang bulan
malam tertawakan sepi
di belakang agamkuphi tabung carnations merah putih
tersusun rapi di atasnya bendera negeri tanpa wali berhias diri
di meja hitam telah terlumat asa seluruh negeri
dalam secangkir kuphi
DaPhukupi, 30 Nov 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar