Senin, 28 Februari 2011

MEREKA BERBARING DALAM KENANGAN

D Kemalawati

Kutinggalkan simpang jam, taman Putro Phang,
Darul Isky dan Kandang sunyi
Kumasuki jalan Sultan Iskandar Muda
di sebelah kiri jalan replika kapal terdampar
mengajakku ke dalam
dari  cerobong menjulang  kutemukan kubah bawang 
kulihat lidah api menyala-nyala, disana
wanita dari lampadang menerobos barisan
“Lihat sendiri” pekiknya.
”rumah Allah dibakar, sampai kapan kita menjadi budak Belanda”

Langit memerah , kubah menyala darah
Orang-orang datang  seperti gelombang 
Garang telah bersarang siap menyerang
Takbir menjadi genderang
syair prang sabil menjadi parang
Di sana Kohler bukan ditikam
Timah panas mendekam di badan
Lelaki tanpa nama menyandang senapan
melangkah ke selatan

dari atas sana, tataplah ke depan
Meurah Pupok sendirian di sudut taman
Kerkhoff Peucut  disanding di dinding depan
nisan menjulang dua ribu dua ratus hitungan
dari jenderal berbintang hingga prajurit tawanan
berbaring tenang  namanya dikenang

dari pesawat Seulawah RI 001 di Blang Padang
kulihat Teungku Daud Beureueh  berjalan terpuruk 
di belakangnya  nyala api tak pernah padam
di  tiang  pancang di sebuah ruang sang proklamator tersedu sedan 
di depan para saudagar hidangan tak tersentuh tangan  
dalam remang  cahaya bulan 
diantara cemerlang  bintang
Abu berujar  tenang, emas berbungkal  jadikan uang
Dakota terbang terbangkan  seluruh angan

di Meuraksa, adakah yang paling hitam dari daulat alam
maka jangan tanya tubuh siapa  terkubur paling dalam
nama siapa  tertulis paling depan
nisan siapa  dipajang paling panjang 
maka kukatakan padamu wahai wanita dari Lampadang
mereka lah yang  berbaring dalam kenangan

Banda Aceh, 10-01-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar